KUPANG, SUARA-FLORES.COM,-Udara siang itu terasa panas. Di bawa payung langit biru yang cerah dan diapit hijaunya alam ratusan mahasiswa Fakultas Pertanian Undana Kupang tampak semangat memotong batang-batang padi yang telah menguning. Dengan seragam kaos almameter, pemuda-pemudi petani milenial itu panen padi di atas sawah berukuran kurang lebih 3 hektare yang dipimpin Salmon Liu, seorang anggota Polisi Polda NTT.
Derap langkah mereka tampak gesit memasukan bulir-bulir padi ke dalam karung-karung yang kemudian ditumpukan di tepi sawah untuk dirontokan dengan mesin perontok padi. Setelah itu padi-padi dalam karung dibawa ke sebuah gudang milik kelompok tani bernama Orients Bahagia. Kelompok Tani ini didirikan oleh Salmon Liu padatahun 2019 silami yang diketuai oleh Heri Liu, saudara kandung dari Salmon Liu. Kelompok tani ini beranggotakan 70 orang warga di Kelurahan Bakunase, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, NTT.
Ditemui media dibawa rindang rimbun hijaunya pohon pisang di tepi sayap barat persawahannya, Sabtu, (6/5/2022) lalu, Salmon yang mengenakan baju kaos dan celana pendek dengan kaki penuh berlumur lumpur tanah, kepada media mengisahkan cerita ia dan kakaknya Heri Liu membentuk kelompok tani dan mulai mengolah sawah untuk tanam padi dan tanaman holtikultura lainnya, seperti jagung, sayuran dan buah-buahan.
Salmon mengisahkan, sejak tiga tahun silam, tepatnya di tahun 2019, kelompok terbentuk. Setelah kelompok terbentuk Salmon yang adalah seorang anggota polisi aktif di Samapta Polda NTT ini bersama kakaknya mengajak seluruh anggota kelompok untuk menyiapkan lahan di lokasi milik mereka seluas tiga hektare untuk tanam padi.
Sementara lahan dibersihkan dan dibajak dengan traktor, Salmon mencari bibit padi dengan meminta bantuan pihak BPPT. Setelah itu, bibit yang diperoleh kemudian disemaikan untuk selanjutnya ditanam. Semua pekerjaan dilakukan secara bersama-sama dan terjadwal dengan baik oleh seluruh anggota kelompok tani. Selain bibit, Salmon Liu juga meminta bantuan dari pihak BPPT pupuk dan obat-obatan.
Hal yang memudahkan dan meringankan kerja para anggota kelompok, yaitu adanya kerja sama antara Kelompok Tani dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang yang telah berjalan 3 tahun dengan menerjunkan 160 mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Pertanian. Para mahasiswa, terang Salmon, bukan hanya terlibat saat panen saja, tetapi sudah terlibat sejak awal ketika proses menanam padi. Dengan demikian, kerja anggota kelompok tani terasa tidak terlalu berat karena gotong –royong menjadi penggerak semangat.
Untuk panen kali ini, terang Salmon hasil padi yang diperoleh sekitar 400 karung gabah kering. Selanjutnya, dari 400 karung gabah itu akan dijemur hingga betul-betul kering dan disimpan di sebuah gudang besar milik Kelompok Tani. Dalam setahun, kata Salmon, lahan persawahan milik mereka bisa dua kali panen. Hal ini dimudahkan dengan potensi sumber daya air di desa Bakunase yang berkelimpahan. Karena sumber daya air yang tersedia, maka tidak menyulitkan mereka untuk bertani menanam padi.
Ada yang unik dalam Kelompok Tani Orients Bahagia, dimana hasil padi hasil panen mereka tidak untuk dijual. Padi-padi yang disimpan di dalam gudang itu hanya untuk konsumsi seluruh anggota kelompok, dan juga warga lain di desa yang membutuhkan. Padi dapat diperoleh secara gratis bagi setiap warga yang akan menggelar acara apa saja, seperti pesta nikah dan juga acara kematian dan lain-lain. Caranya, ketika warga akan menggelar acara atau hajatan mereka datang melaporkan membutuhkan beras. Oleh ketua kelompok dan anggota akan diberikan beberapa karung padi gabah beberapa karung kepada warga tersebut untuk selanjutnya digiling dan mendapatkan beras.
“Ya Pak, padi-padi yang kami panen ini kami tidak jual. Ini hanya untuk konsumsi atau memenuhi kebutuhan beras warga di desa secara khusus dalam kelompok kami ini. Kondisi ini sudah berjalan tiga tahun. Di mana nanti ada anggota kelompok atau warga yang membutuhkan beras untuk berbagai acara kami akan berikan ke mereka secara gratis atau cuma-cuma tanpa imbalan apapapun,”terang pria tampan berkulit putih dengan tampilan rambut cepak saat berdiskusi dengan media ini.
Disentil media terkait dampak kerugian secara ekonomi, Salmon mengatakan, pihaknya bersama seluruh anggota tidak mengalami kerugian karena pekerjaan yang ditekuni sama-sama menguntungkan untuk ketahanan pangan seluruh warga. Warga kelompok tani selama ini tidak mengalami kekurangan beras.
“Kami tidak rugi. Apa yang kami kerjakan kan untuk memenuhi kebutuhan akan beras. Nanti kalau musim tanam tiba lagi, kami kembali kumpul uang secara swadaya untuk beli bibir, obat-obatan dan pupuk. Ya ada juga yang kami dapat bantuan, tapi paling tidak kami juga punya uang untuk membelinya. Kami tidak rugi karena kami kerja suka rela dan swadaya untuk diri kami sendiri dulu,” ujarnya tersenyum sembari mengatakan Berkat dari Tuhan pasti akan terus mengalir.
Diterangkannya pula, lahan yang diolah oleh kelompok bersama para mahasiwa Fakultas Pertanian Undana, bukan hanya satu lokasi, tetapi ada tiga lokasi yang letaknya tidak berjauhan.Semua lahan itu, sudah diolah selama tiga tahun terakhir. Setelah panen padi,terangnya, lahan kembali dibersihkan dan digembur untuk ditanami lagi jagung manis, sayuran dan buah. Jagung, sayuran dan buah itu juga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota kelompok. Bila ada warga lain yang membutuhkan langsung datang beli di kebun dengan harga yang tidak dipatok secara resmi.
“Setelah panen padi, kami tanam lagi lahan ini dengan jagung, sayuran dan buah. Nanti hasilnya untuk kelompok sendiri. Meski demikian, ada pula anggota yang pergi menjualnya di pasar untuk mendapatkan uang bagi kebutuhan rumah tangga,” paparnya semangat.
Salmon Liu adalah seorang anggota Polisi Polda NTT yang tidak malu menjadi petani. Ditanya mengenai alasan dirinya memilih pekerjaan di sawah yang kotor dan berlumpur, dia mengungkapkan bahwa pekerjaan menjadi petani bukanlah pekerjaan yang baru baginya. Pekerjaan ini sudah menjadi hoby sejak dia masih kecil di Rote Ndao. Ketika masih kecil, ia dan saudaranya sudah terlibat berkebun bersama orang tuanya. Jadi bertani baginya bukanlah sebuah profesi yang kotor dan hina, melainkan sangat mulia karena menyiapkan makanan bagi banyak orang.
Meski sebagai anggota Polisi yang masih aktif, Salmon mengaku sudah lama meluangkan waktu di tengah kesibukannya demi bekerja bersama para petani dalam anggota kelompoknya, dimana ia sendiri sebagai pendiri dan pembina kelompok. Dia mengatakan, selain hobby yang telah mendara daging, pekerjaan bertani yang ia tekuni juga untuk mempersiapkan diri setelah masa pensiuan nanti.
Ketika disinggung mengenai bantuan dari pemerintah atau pihak lain, dia mengaku selama tiga tahun ini Kelompok Tani Orients Bahagia tidak atau belum pernah disentuh oleh bantuan dari manapun. Dirinya bersama seluruh anggota kelompok bekerja secara mandiri dengan swadaya menyiapk lahan, bibit, pupuk dan obat-obatan.
“Kami kumpul uang dan beli sendiri, tidak ada bantuan dari siapapapun. Namun demikian, kami sangat berterimakasih jika ada pihak-pihak mau memberiperhatian kepada kami,” akunya tersenyum. (*)